I.
Pendahuluan
Penyakit
ini tergolong penyakit tua, ada yang mengatakan bahwa penyakit ini dibawa oleh
Columbus dari ‘dunia baru’ (mungkin maksudnya Amerika) yang beriklim tropis ke
benua Eropa. Kekebalan tubuh orang Eropa terhadap penyakit baru ini lemah
bahkan hampir tidak ada karena pada masa itu, penyakit ini belum pernah terjadi
sebelumnya.
Penyakit
ini ditularkan melalui hubungan seksual. Berpindah dari satu orang ke orang
lain yang melakukan kontak seksual, jadilah penyakit ini wabah lebih-lebih jika
tidak menggunakan kondom sebagai pelindung. Rute penularan sipilis juga melalui
transmisi dari ibu ke anak dalam uterus, tapi kasus ini sangat jarang terjadi.
Sipilis
atau sifilis disebabkan oleh bakteri
pirochetal Treponema pallidum subspecies pallidum karena merupakan bagian
jenis bakteri Treponema pallidum yang berbentuk spiral *. Tanda-tanda dan gejala sipilis sangat banyak
sehingga kadang mirip dengan penyakit lainnya; sebelum kedatangan dari pengujian
serologi, diagnosa yang tepat sangat sulit dilakukan.
Syphilis
umumnya dapat diperlakukan dengan antibiotik, termasuk penisilin. Salah satu
yang paling tua dan yang paling efektif adalah metode suntikan intramuscular
dari benzathine penisilin. Jika tidak cepat ditangani, sipilis dapat merusak
jantung, aorta, otak, mata, dan tulang. Dalam beberapa kasus, efek ini bisa
fatal.
II.
Gejala
Perlu
kita pelajari gejala yang timbul karena jika seorang dokter tidak menanyakan
dari seorang pasien tentang gejala dan proses yang terlihat pada tubuhnya bisa
jadi dokter akan salah diagnosis.
Tahap
pertama terjadi 9-10 hari (kira-kira 21 hari) setelah terinfeksi/terpajan yaitu
timbul luka/lesi yang tidak nyeri di penis, bibir kemaluan atau leher rahim.
Pada tahap ini bakteri mengalami masa inkubasinya. Bandingkan luka pada sipilis
dengan Chancroid.
Tahap
kedua terjadi 1-6 bulan setelah terinfeksi. Cirinya yaitu timbulnya kelainan
kulit bercak kemerahan tidak gatal, terutama pada telapak tangan dan kaki.
Timbul pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Kadangbisa juga
berupa kutil di sekitar alat kelamin dan anus.
Tahap
ketiga atau sipilis laten, tahap ini berbahaya karena tidak terdetaksi dari
luar tubuh. Infeksi menyerang bagian tubuh dalam. Hanya dengan pemeriksaan
darah sajalah sipilis bisa terdeteksi.
Tahap
keempat, timbul 5-30 tahun setelah tahap sipilis II. Pada tahap ini sipilis
menetap dan merusak organ-organ tubuh penting pembuluh darah dan jantung,
serabut saraf, sumsum tulang belakang, dan otak.
Tahap
kelima, ini merupakan tahap komplikasi pada sistem syraf tetapi ini jarang
ditemui kecuali pada pengidap HIV, baca penjelasannya di sini: neurosyphilis.
Penyakit
sipilis dapat dideteksi di laboratorium dengan mengecek pada darah apakah
terdapat antibodi bakteri ini. Antibodi ini bersifat abadi bahkan jika
penyakitnya sudah bisa disembuhkan, antiodi ini akan tetap terlihat pada bacaan
mikroskop khusus. Saat ini di Indonesia, pada hampir semua Puskesmas sudah
terdapat protap (prosedur tetap) penanganan sipilis, namun untuk penelitian
atau tes laboratorium hanya dapat dilakukan di kota. Sehingga perlu pengiriman
sampel darah ke laboratorium dan itu memerlukan waktu yang cukup lama.
III.
Pengobatan
Untuk
pembaca umum, jangan coba beli obat sendiri tanpa resep dokter karena bisa
membuat kuman resisten (kebal) terhadap obat. Harap ditanyakan pada
dokter/medis yang berkompeten, untuk dokter/medis yang ingin mempelajari bisa
dicek di alamat Wikipedia (paling bawah) yang sudah diberi link ke alamat
bersangkutan (tampaknya masih diperlukan tambahan literatur).
IV.
Pencegahan
Sipilis ditularkan melalui hubungan penetrasi
seksual, sehingga penggunaan kondom dianjurkan dalam hal ini. Lebih baik
menghindarkan diri dari hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
V. Pemeriksaan Serologi Pada Pasien
Sifilis
Sifilis
adalah penyakit yang pada umumnya berjangkit setelah hubungan seksual. Menahun
dengan adanya remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh
terutama system kardiovasikular, otak dan susunan saraf serta dapat terjadi
kongenital.
Beberapa
pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan pada pasien sifilis :
Test Fiksasi Komplemen
·
R.P.C.F. (Reiter Protein Complement
Fixation).
·
T.P.C.F. (Treponema Pallidum Complement
Fixation)
T.
pallidum yang virulen diperoleh dari testis kelinci yang terinfeksi. Dengan
sentrifugasi diferensial membuat treponemanya terkonsentrasi, fraksi-fraksi
lipidnya dihilangkan dengan aseton dan ekstraksi eter , dan aktif protein-like
antigen dihilangkan dari treponema kering dengan solusio natrium desoxycholate
0.2% Antigen yang dihasilkan digunakan dalam fiksasi komplemen
Test Aglutinasi
·
T.P.A. (Treponema Pallidum Aglutination)
·
T.P.H.A. (Treponema Pallidum
Haemaglutination Assay)
TPHA (Syphilis TPHA Liquid)
Tes
Hemaaglutinasi Untuk menentukan Antibodi terhadap Treponema pallidum secara
kualitatif dan kuantitatif.
Metode
:
Tes
STL menggunakan metode Hemaaglutinasi tidak langsung (indirek hemaaglutinasi)
untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap T.pallidum. Erittrosit unggas
dilapisi dengan antigen T.pallidum. Adanya antibodi Sipilis yang mensentisasi
sel akan mengahsilkan agglutinasi dengan pola khas didalam mikroplate. Antibodi
untuk Treponema non-patogenik diabssorbsi oleh ekstrak Reiter Treponema yang
ada didalam suspensi sel.
Isi
Kit :
·
STC 2x4 ml Test Cell (tutup putih) siap
pakai, (sel unggas)
·
SCC 2x5 ml Control Cell (tutup biru)
siap pakai, (sel unggas)
·
PC 0,5 ml Control Serum Positif (tutup
merah), reaktif dengan Test Cells (serum Manusia)
·
NC 0,5 ml control Serum Negatif (tutup
hijau) tidak reaktif denagn Test Cells dan control Cells (serum bovine).
·
DIL 20 ml Diluent (serum Kelinci).
Alat Yang Digunakan :
-
Mikropipet atau Mikrodiluter (25 ul, 75
ul, 100 ul)
-
Mikroplate “U”
Spesimen/Sampel :
Serum (jangan Plasma) hindarkan dari
kontaminasi dan hemolisis, serum segar bisa disimpan maksimal 24 jam, suhu
2-80C atau 4 minggu pada suhu –20oC.
Prosedur
Tes
Kualitatif
1. Dipipet
Diluent sebanyak 100 ul kedalam W1, dan 25 ul masing-masing untuk W2 dan W3.
2.
Tambahkan 25 ul serum sampel atau PC, NC
kedalam W1, campur dan pindahkan 25 ul ke w2 (control Well). Campur dan
pindahkan 25 ul ke Well lain
3.
Tambahkan 75 ul suspensi SCC ke W2 dan
75 ul suspensi STC ke W3
4.
Goyangkan plate untuk memastikan bahwa
isinya telah tercampur dengan baik.
5. Letakkan
plate diatas permukaan warna putih, jauhkan dari getaran dan sinar matahari
langsung. Biarkan selama 45-60 menit, baca hasil.
Tes
Kuantitatif
1. Isi
masing-masing 25 ul DIL kedalam W4 sampai W10, sejajar dengan Well pada tes
kualitatif.
2.
Tambahkan 25 ul campuran dari W3 (Well
lain) ke W4, campur dan pindahkan 25 ul ke W5 dan seterusnya sampai pada W10
dituang sebanyak 25 ul.
3.
Tambahkan masing-masing Well STC
sebanyak 75 ul.
4. Lanjutkan
seperti pada tes Kualitatif.
Interpretasi Hasil :
·
Negatif : Suspensi sel mengumpul
ditengah Well
·
Positif : Aglutinasi menyebar didasar
Well
Catatan
: W2 harus selalu bereaksi Negatif, Jika pada W2 positif maka tes dinyatakan
tidak sah (invalid). Langakah selanjutnya serum sampel harus diabsorbsi dengan
cara :
“
25 ul sampel dicampur dengan 0,5 ml SCC dan inkubasi selama 30 menit. Sentrifus
selama 5 menit dan pipet 25 ul supernatan kedalam 75 ul STC pada well.
Lanjutkan dan baca seperti tes kualitatif.
Test Immobilisasi
·T.P.I (Treponema Pallidum
Immobilisation)
Sebuah tes untuk sifilis di mana
terdapat antibodi selain antibodi Wassermann
dalam serum pasien sifilis, dengan adanya komplemen, serum pasien
menyebabkan imobilisasi Treponema pallidum yang diperoleh dari testis kelinci
terinfeksi sifilis. Juga disebut TPI tes.
Test Immuno Fluoresence
o
F.T.A. (Fluoresence Treponemal Antibody
o
F.T.A. Abs (Fluoresence Treponemal
Antibody Absorption test)
Sebuah tes skrining serum darah untuk
sifilis untuk menunjukkan ada atau tidak adanya antibodi spesifik ditujukan
terhadap organisme (Treponema pallidum) yang merupakan penyebab sifilis
Hasil tes FTA-ABS negatif pada orang
yang tidak memiliki sifilis. juga bisa seseorang memiliki hasil FTA-ABS negatif
pada fase awal penyakit (primer) dan akhir penyakit (tersier). Pada
tahap pertengahan penyakit (sekunder), tes FTA-ABS yang paling dapat diandalkan
dan dilaporkan positif dalam 100% kasus.
Uji FTA-ABS sering
digunakan sebagai tes konfirmasi setelah skrining pertama pasien dengan VDRL
(Venereal Disease Research Laboratory) atau RPR (rapid plasma reagin) , karena
tes FTA-ABS lebih mahal dan lama daripada " non-treponemal "tes
sifilis seperti VDRL dan RPR.