Kamis, 17 Oktober 2013

SIFILIS


I.     Pendahuluan
Penyakit ini tergolong penyakit tua, ada yang mengatakan bahwa penyakit ini dibawa oleh Columbus dari ‘dunia baru’ (mungkin maksudnya Amerika) yang beriklim tropis ke benua Eropa. Kekebalan tubuh orang Eropa terhadap penyakit baru ini lemah bahkan hampir tidak ada karena pada masa itu, penyakit ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Berpindah dari satu orang ke orang lain yang melakukan kontak seksual, jadilah penyakit ini wabah lebih-lebih jika tidak menggunakan kondom sebagai pelindung. Rute penularan sipilis juga melalui transmisi dari ibu ke anak dalam uterus, tapi kasus ini sangat jarang terjadi.
Sipilis atau sifilis disebabkan oleh  bakteri pirochetal  Treponema pallidum  subspecies pallidum karena merupakan bagian jenis bakteri Treponema pallidum yang berbentuk spiral *.   Tanda-tanda dan gejala sipilis sangat banyak sehingga kadang mirip dengan penyakit lainnya; sebelum kedatangan dari pengujian serologi, diagnosa yang tepat sangat sulit dilakukan.
Syphilis umumnya dapat diperlakukan dengan antibiotik, termasuk penisilin. Salah satu yang paling tua dan yang paling efektif adalah metode suntikan intramuscular dari benzathine penisilin. Jika tidak cepat ditangani, sipilis dapat merusak jantung, aorta, otak, mata, dan tulang. Dalam beberapa kasus, efek ini bisa fatal.

II.      Gejala
Perlu kita pelajari gejala yang timbul karena jika seorang dokter tidak menanyakan dari seorang pasien tentang gejala dan proses yang terlihat pada tubuhnya bisa jadi dokter akan salah diagnosis.
Tahap pertama terjadi 9-10 hari (kira-kira 21 hari) setelah terinfeksi/terpajan yaitu timbul luka/lesi yang tidak nyeri di penis, bibir kemaluan atau leher rahim. Pada tahap ini bakteri mengalami masa inkubasinya. Bandingkan luka pada sipilis dengan Chancroid.
Tahap kedua terjadi 1-6 bulan setelah terinfeksi. Cirinya yaitu timbulnya kelainan kulit bercak kemerahan tidak gatal, terutama pada telapak tangan dan kaki. Timbul pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Kadangbisa juga berupa kutil di sekitar alat kelamin dan anus.
Tahap ketiga atau sipilis laten, tahap ini berbahaya karena tidak terdetaksi dari luar tubuh. Infeksi menyerang bagian tubuh dalam. Hanya dengan pemeriksaan darah sajalah sipilis bisa terdeteksi.
Tahap keempat, timbul 5-30 tahun setelah tahap sipilis II. Pada tahap ini sipilis menetap dan merusak organ-organ tubuh penting pembuluh darah dan jantung, serabut saraf, sumsum tulang belakang, dan otak.
Tahap kelima, ini merupakan tahap komplikasi pada sistem syraf tetapi ini jarang ditemui kecuali pada pengidap HIV, baca penjelasannya di sini: neurosyphilis.
Penyakit sipilis dapat dideteksi di laboratorium dengan mengecek pada darah apakah terdapat antibodi bakteri ini. Antibodi ini bersifat abadi bahkan jika penyakitnya sudah bisa disembuhkan, antiodi ini akan tetap terlihat pada bacaan mikroskop khusus. Saat ini di Indonesia, pada hampir semua Puskesmas sudah terdapat protap (prosedur tetap) penanganan sipilis, namun untuk penelitian atau tes laboratorium hanya dapat dilakukan di kota. Sehingga perlu pengiriman sampel darah ke laboratorium dan itu memerlukan waktu yang cukup lama.

III.   Pengobatan
Untuk pembaca umum, jangan coba beli obat sendiri tanpa resep dokter karena bisa membuat kuman resisten (kebal) terhadap obat. Harap ditanyakan pada dokter/medis yang berkompeten, untuk dokter/medis yang ingin mempelajari bisa dicek di alamat Wikipedia (paling bawah) yang sudah diberi link ke alamat bersangkutan (tampaknya masih diperlukan tambahan literatur).

IV.    Pencegahan
 Sipilis ditularkan melalui hubungan penetrasi seksual, sehingga penggunaan kondom dianjurkan dalam hal ini. Lebih baik menghindarkan diri dari hubungan seksual berganti-ganti pasangan.

V.  Pemeriksaan Serologi Pada Pasien Sifilis
Sifilis adalah penyakit yang pada umumnya berjangkit setelah hubungan seksual. Menahun dengan adanya remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama system kardiovasikular, otak dan susunan saraf serta dapat terjadi kongenital.
Beberapa pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan pada pasien sifilis :
Test Fiksasi Komplemen
·        R.P.C.F. (Reiter Protein Complement Fixation).
·        T.P.C.F. (Treponema Pallidum Complement Fixation)
T. pallidum yang virulen diperoleh dari testis kelinci yang terinfeksi. Dengan sentrifugasi diferensial membuat treponemanya terkonsentrasi, fraksi-fraksi lipidnya dihilangkan dengan aseton dan ekstraksi eter , dan aktif protein-like antigen dihilangkan dari treponema kering dengan solusio natrium desoxycholate 0.2% Antigen yang dihasilkan digunakan dalam fiksasi komplemen
Test Aglutinasi
·        T.P.A. (Treponema Pallidum Aglutination)
·        T.P.H.A. (Treponema Pallidum Haemaglutination Assay)
TPHA (Syphilis TPHA Liquid)
Tes Hemaaglutinasi Untuk menentukan Antibodi terhadap Treponema pallidum secara kualitatif dan kuantitatif.
Metode :
Tes STL menggunakan metode Hemaaglutinasi tidak langsung (indirek hemaaglutinasi) untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap T.pallidum. Erittrosit unggas dilapisi dengan antigen T.pallidum. Adanya antibodi Sipilis yang mensentisasi sel akan mengahsilkan agglutinasi dengan pola khas didalam mikroplate. Antibodi untuk Treponema non-patogenik diabssorbsi oleh ekstrak Reiter Treponema yang ada didalam suspensi sel.
Isi Kit :
·        STC 2x4 ml Test Cell (tutup putih) siap pakai, (sel unggas)
·        SCC 2x5 ml Control Cell (tutup biru) siap pakai, (sel unggas)
·        PC 0,5 ml Control Serum Positif (tutup merah), reaktif dengan Test Cells (serum Manusia)
·        NC 0,5 ml control Serum Negatif (tutup hijau) tidak reaktif denagn Test Cells dan control Cells (serum bovine).
·        DIL 20 ml Diluent (serum Kelinci).

Alat Yang Digunakan :
-          Mikropipet atau Mikrodiluter (25 ul, 75 ul, 100 ul)
-          Mikroplate “U”

Spesimen/Sampel :
Serum (jangan Plasma) hindarkan dari kontaminasi dan hemolisis, serum segar bisa disimpan maksimal 24 jam, suhu 2-80C atau 4 minggu pada suhu –20oC.

Prosedur
Tes Kualitatif
1.      Dipipet Diluent sebanyak 100 ul kedalam W1, dan 25 ul masing-masing untuk W2 dan W3.
2.      Tambahkan 25 ul serum sampel atau PC, NC kedalam W1, campur dan pindahkan 25 ul ke w2 (control Well). Campur dan pindahkan 25 ul ke Well lain
3.      Tambahkan 75 ul suspensi SCC ke W2 dan 75 ul suspensi STC ke W3
4.      Goyangkan plate untuk memastikan bahwa isinya telah tercampur dengan baik.
5.      Letakkan plate diatas permukaan warna putih, jauhkan dari getaran dan sinar matahari langsung. Biarkan selama 45-60 menit, baca hasil.
Tes Kuantitatif
1.      Isi masing-masing 25 ul DIL kedalam W4 sampai W10, sejajar dengan Well pada tes kualitatif.
2.      Tambahkan 25 ul campuran dari W3 (Well lain) ke W4, campur dan pindahkan 25 ul ke W5 dan seterusnya sampai pada W10 dituang sebanyak 25 ul.
3.      Tambahkan masing-masing Well STC sebanyak 75 ul.
4.      Lanjutkan seperti pada tes Kualitatif.

Interpretasi Hasil :
·        Negatif : Suspensi sel mengumpul ditengah Well
·        Positif : Aglutinasi menyebar didasar Well
Catatan : W2 harus selalu bereaksi Negatif, Jika pada W2 positif maka tes dinyatakan tidak sah (invalid). Langakah selanjutnya serum sampel harus diabsorbsi dengan cara :
“ 25 ul sampel dicampur dengan 0,5 ml SCC dan inkubasi selama 30 menit. Sentrifus selama 5 menit dan pipet 25 ul supernatan kedalam 75 ul STC pada well. Lanjutkan dan baca seperti tes kualitatif.


Test Immobilisasi
        ·T.P.I (Treponema Pallidum Immobilisation)
Sebuah tes untuk sifilis di mana terdapat antibodi selain antibodi Wassermann  dalam serum pasien sifilis, dengan adanya komplemen, serum pasien menyebabkan imobilisasi Treponema pallidum yang diperoleh dari testis kelinci terinfeksi sifilis. Juga disebut TPI tes.

Test Immuno Fluoresence
o   F.T.A. (Fluoresence Treponemal Antibody
o   F.T.A. Abs (Fluoresence Treponemal Antibody Absorption test)
Sebuah tes skrining serum darah untuk sifilis untuk menunjukkan ada atau tidak adanya antibodi spesifik ditujukan terhadap organisme (Treponema pallidum) yang merupakan penyebab sifilis
Hasil tes FTA-ABS negatif pada orang yang tidak memiliki sifilis. juga bisa seseorang memiliki hasil FTA-ABS  negatif  pada fase awal penyakit (primer) dan akhir penyakit (tersier). Pada tahap pertengahan penyakit (sekunder), tes FTA-ABS yang paling dapat diandalkan dan dilaporkan positif dalam 100% kasus.
Uji FTA-ABS sering digunakan sebagai tes konfirmasi setelah skrining pertama pasien dengan VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) atau RPR (rapid plasma reagin) , karena tes FTA-ABS lebih mahal dan lama daripada " non-treponemal "tes sifilis seperti VDRL dan RPR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar