A.
Pengertian Radang Dan Proses Terjadinya
Radang
Bila sel-sel atau jaringan
tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap hidup ada respon yang
menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap cedera ini dinamakan
peradangan. Yang lebih khusus peradangan adalah reaksi vascular yang hasilnya
merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis.
Peradangan sebenarnya adalah
gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan
pembuangan agen penyerang,penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan
keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi peradangan itu
sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan
kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan
khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.
Jadi yang dimaksud dengan
radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera.
B.
Tanda-Tanda Kardinal Peradangan
Pada peristiwa peradangan akut
dapat dilihat tanda-tanda pokok (gejala kardinal).
1.
Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya
merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu
reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensupali daerah tersebut
melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi
lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang
dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan hyperemia
atau kongesti,menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya
hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara
neurogenik maupun secara kimia,melalui pengeluaran zat seperti histamin.
2.
Kalor (panas)
Kalor atau panas terjadi
bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang hanya terjadi pada
permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari -37 °C yaitu suhu
di dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena
lebih banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini
tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang jauh di dalam tubuh, karena
jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokal
tidak menimbulkan perubahan.
3.
Dolor (rasa sakit)
Dolor atau rasa sakit, dari
reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal
atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal
yang sama, pengeluaran zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.
Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan
tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit.
4.
Tumor (pembengkaan)
Segi paling menyolok dari
peradangan akut mungkin adalah pembengkaan lokal (tumor). Pembengkaan
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di
daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian
besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan
oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan
aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat.
5.
Fungsio laesa (perubahan fungsi)
Fungsio laesa atau perubahan
fungsi adalah reaksi peradangan yang telah dikenal. Sepintas lalu, mudah
dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dart
lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, berfungsi secara abnormal. Namun
sebetulnya kita tidak mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi
jaringan yang meradang itu terganggu.
C. Mediator Peradangan
a) Histamin
Amina vasoaktif yang sangat
penting adalah histamin, yang mampu menghasilkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas vaskular. Sejumlah histamin disimpan dalam granula sel jaringan
penyambung yang dikenal dengan nama sel mast, yang tersebar luas dalam tubuh
(histamin juga terdapat pada sel basofil dan trombosit). Histamin yang
tersimpan tidak aktif dan baru menampilkan efek vaskularnya bila dilepas.
Banyak cedera fisik menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.
Beberapa cedera mula-mula mencetuskan pengaktifan system komplemen serum, yang
memiliki komponen tertentu yang menyebabkan pelepasan histamin. Beberapa reaksi
imunologis juga mencetuskan pelepasan mediator ini dari mast. Tampaknya
histamin sangat penting pada awal proses peradangan dan merupakan mediator
utama pada beberapa reaksi alergi yang umum. Antihistamin merupakan obat yang
dibuat untuk menghambat efek mediator dari histamine.
b) Faktor-Faktor Plasma
Plasma darah adalah sumber
yang kaya akan sejumlah mediator penting. Kenyataan ini dibentuk oleh enzim
proteolitik tertentu yang membangun semacam jaringan sitem pertahanan. Agen
utama yang mengatur sistem ini adalah faktor Hageman (faktor XII), yang berada
dalam plasma dalam bentuk tidak aktif dan yang dapat diaktifkan oleh berbagai
cedera. Faktor Hageman yang telah diaktifkan mencetuskan pembekuan, dan
berlanjut dalam pembekuan fibrin. Pembekuan merupakan reaksi peratahanan yang
penting untuk menghadapi cedera, tetapi hasil-hasil tertentu dari fibrin dapat
pula bertindak sebagai mediator vasoaktif pada peradangan. Faktor Hageman juga
mengaktifkan sistem plasminogen, membebaskan plasmin atau fibrinolisin.
Protease ini bukan hanya memisahkan fibrin tetapi juga mengaktifkan system
komplemen. Beberapa komponen dari sistem komplemen berfungsi sebagai mediator
peradangan yang penting. Misalnya derivat komplemen ke tiga dan ke lima,
anafilatoksin, melepaskan histamine dan mempengaruhi permeabilitas vaskular.
Derivat dari komponen ke lima dan kompleks yang terdiri dari komponen ke lima,
ke enam, dan ke tujuh adalah agen kemotaktik yang kuat bila diaktifkan dalam
jaringan. Pengaruh ini penting pada banyak contoh peradangan, bukan hanya
reaksi yang dibangkitkan secara imunologis. Faktor Hageman yang telah
diaktifkan juga mengubah prekalikrein (substansi tidak aktif dalam plasma)
menjadi kalikrein (enzim proteolitik). Kemudian, secara bergantian, bekerja
pada kininogen plasma untuk membebaskan bradikinin, peptide yang melebarkan
pembuluh darah dan meningkatkan permeabilitas.
c) Metabolit Asam
Arakhidonat
Asam arakhidonat berasal dari banyak fosfolipid membran
sel ketika fosfolipid diaktifkan oleh cedera (atau oleh mediator lain). Asam arakhidonat dapat dimetabolisasikan
dalam dua jalur yang berbeda, jalur siklooksigenase dan jalur lipoksigenase,
menghasilkan sejumlah prostaglandin, tromboksan dan leukotrin. Substansi ini
menunjukkan variasi yang luas dari efek vaskular dan efek kemotaktik pada
peradangan, dan ada beberapa yang juga penting dalam hemostatis.
d) Serotonin
Dihasilkan oleh thrombosit,
sel enterokromafin, dan sel mast (bangsa rodent). Stimulus pelepasan serotonin
dan histamin dari granula thrombosit langsung ketika terjadi aktivasi
thrombosit oleh serabut kolagen subendotel vascula, thrombin, kompleks Ag-Ab. Daya
kerja serotonin meningkatkan permiabilitas vasculer
e) Prostaglandin
Sebagai efektor pelepasan
histamin pada awal terjadinya peradanganMemepunyai kontribusi dalam genesis
demam, rasa sakit, vasodilatasi, dan peningkatan permiabilitas vasculer.
f) Komplemen
Difokus radang komplemen
diaktivasi menjadi mediator inflamasi membentuk fraksi aktif ( C3a dan C5a )
yang akan menstimuli pelepasan histamin dari sel mast. C3b sebagai opsonin
bakteri sehingga lebih mudah difagosit leukosit ( makrofag dan neutrofil ). C5a
sebagai aktivatorpelepas media inflamasi dari neutrofil dan makrofag,
menstimuli adhesi leukosit pada endotel dan kemotaktik
g) Kinin
Terbentuk dari protein plasma
faktor penggumpalan darah XII (faktor Hageman) yang terstimuli oleh terjadinya
kontak antara protein tersebut dengan jaringan subendotel seperti serabut
kolagen dan membran basal
-
Produk dari kinin :
1.Bradikinin > berfungsi meningkatkan
permiabilitas vasculer, vasodilatasi,rasa nyeri.
2. Kallikrein > bersifat kemotaktik dan
sebagai aktivator C5
h) Sitokin
Suatu polipeptida yang diproduksi
sel-sel radang yang teraktivasi. Makrofag yang
teraktivasi pada lokasi inflamasi akan memproduksi :
* IL-1 dan TNF > yg memberikan
efek demam, anoreksia, adhesi leucosit, proliferasi fibroblast dan
produksi kolagen
* IL-8 > kemotaksis dan aktivator neutrofil
D.
Reaksi sel pada radang
Leukositosis terjadi bila ada
jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat cedera atau radang dapat
terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi atau menahan microorganisme
menyebar keseluruh jaringan.
Leukositosis ini disebabkan
karena produksi sumsum tulang meningkat, sehingga jumlahnya dalam darah cukup
untuk emigrasi pada waktu terjadi cedera atau radang. Karena itu banyak
leukosit yang masih muda dalam darah, dalam pemeriksaan laboratorium dikatakan
pergeseran ke kiri
E.
Mekanisme Peradangan
Pada proses peradangan terjadi
pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam cairan jaringan
sekitarnya.
Akibat dari sekresi histamine tersebut berupa:
1.
Peningkatan
aliran darah lokal.
2.
Peningkatan
permeabilitas kapiler.
3.
Perembesan
ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial.
4.
Edema
ekstraseluler lokal.
5.
Pembekuan
cairan ekstraseluler dan cairan limfe.
Peradangan dapat juga
dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes terhadap infeksi.
Adapun kejadiannya sebagai
berikut: pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi atau
reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler
sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul
di daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur
ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat
dibatasi.Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit
membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan
mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease
selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear
besar akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit.Dan
akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal.
Cairan kaya protein dan sel
darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai akibat reaksi
radang disebut eksudat.
F.
Beda Eksudat dan Transudat
Eksudat adalah cairan radang
ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali
mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang
memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya
tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat
pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Transudat adalah cairan dalam
ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau
turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses
peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang
mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Jenis-Jenis Eksudat
1.
Eksudat non seluler
- Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang,
eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit
leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat
serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh
darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang
menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka
melepuh.
- Eksudat fibrinosa
Jenis eksudat nonseluler yang
kedua adalah eksudat fibrinosa yang terbentuk jika protein yang dikeluarkan
dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang mengandung banyak
fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, yang berupa jala jala lengket
dan elastic (barangkali lebih dikenal sebagai tulang belakang bekuan darah).
Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti
pleura dan pericardium dimana fibrin diendapkan dipadatkan menjadi lapisan
kasar diatas membran yang terserang. Jika lapisan fibrin sudah berkumpul di
permukaan serosa,sering akan timbul rasa sakit jika terjadi pergeseran atas
permukaan yang satu dengan yang lain. Contoh pada penderita pleuritis akan
merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu mengambil
nafas.
- Eksudat musinosa (Eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya dapat
terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat mengsekresi
musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini
merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Sekresi
musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat musin merupakan
percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan
sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.
2.
Eksudat
Seluler
- · Eksudat netrofilik
Eksudat yang mungkin paling
sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari neutrofil
polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian cairan dan
protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut
purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi
bakteri sering menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar biasa tingginya di
dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim
hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini enzim-enzim hidrolisis
neutrofil secara haraf ah mencernakan jaringan dibawahnya dan mencairkannya.
Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan jaringan-jaringan di bawahnya ini
disebut suppuratif,atau lebih sering disebut pus/nanah.
Jadi pus terdiri dari :
- Neutrofil
pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
- Hasil
pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
- Eksudat
cair dari proses radang
- Bakteri-bakteri
penyebab
- Nekrosis
liquefactiva.
- · Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran
eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai dengan campurannya.
Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin dan neutrofil
polimorfonuklear, eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil,
eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
G.
Luka Bakar Mudah Terjadi Septikhemi
Pada luka bakar saluran-saluran
limfe tetap terbuka yaitu karena jaringan yang terbakar tidak menimbulkan
tromboplastin sehingga tidak terjadi kooagulasi eksudat. Jika aliran cairan
limfe tidak tersumbat akan memudahkan menyebarkan kuman-kuman sehingga masuk
dalam sirkulasi darah dan terjadi septikhemi.
H.
Jenis-Jenis Leukosit Dan Fungsinya
Leukosit yang bersirkulasi
dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat peradangan berasal dari sumsum
tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-sel darah merah dan
trombosit dihasilkan secara terus memenerus.Dalam keadaan normal, di dalam
sumsum tulang dapat ditemukan banyak sekali leukosit yang belum matang dari
berbagai jenis dan "pool" leukosit matang yang ditahan sebagai
cadangan untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Jumlah tiap jenis leukosit
yang bersirkulasi dalam darah perifer dibatasi dengan ketat tetapi diubah
"sesuai kebutuhan" jika timbul proses peradangan. Artinya, dengan
rangsangan respon peradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang mengubah laju
produksi dan pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran darah.
1.
Granulosit.
Terdiri dari : neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Dua jenis leukosit lain ialah monosit dan
limposit, tidak mengandung banyak granula dalam sitoplasmanya.
a) Neutrofil
Sel-sel pertama yang timbul
dalam jumlah besar di dalam eksudat pada jamjam pertama peradangan adalah
neutrofil.Inti dari sel ini berlobus tidak teratur atau polimorf. Karena itu
sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau "pool".
Sel-sel ini memiliki urutan perkembangan di dalam sumsum tulang, perkembangan
ini kira-kira memerlukan 2 minggu. Bila mereka dilepaskan ke dalam sirkulasi
darah, waktu paruhnya dalam sirkulasi kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik
darah terdapat kira-kira 5000 neutrofil, kira-kira 100 kali dari jumlah ini
tertahan dalam sumsum tulang sebagai bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan
bila ada sinyal.
Granula yang banyak sekali
terlihat dalam sitoplasma neutrofil sebenarnya merupakan paket-paket enzim yang
terikat membran yaitu lisosom, yang dihasilkan selama pematangan sel. Jadi
neutrofil pmn yang matang adalah kantong yang mengandung banyak enzim dan
partikel-partikel antimicrobial. Neutrofil pmn mampu bergerak aktif dan mampu
menelan berbagai zat dengan proses yang disebut fagositosis. Proses fagositosis
dibantu oleh zat-zat tertentu yang melapisi obyek untuk dicernakan dan
membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit. Zat ini dinamakan opsonin.
Setelah mencernakan partikel dan memasukkannya ke dalam sitoplasma dalam vakuola
fagositosis atau fagosom, tugas berikutnya dari leukosit adalah mematikan
partikel itu jika partikel itu agen microbial yang hidup, dan mencernakannya.
Mematikan agen-agen yang hidup itu diselesaikan melalui berbagai cara yaitu
perubahan pH dalam sel setelah fagositosis, melepaskan zat-zat anti bakteri.
Pencernaan partikel yang terkena fagositosis itu umumnya diselesaikan di dalam
vakuola dengan penyatuan lisosom dengan fagosom. Enzim-enzim pencernaan yang
sebelumnya tidak aktif sekarang diaktifkan di dalam fagolisosom, mengakibatkan
pencernaan obyek secara enzimatik.
b) Eosinofil
Merupakan jenis granulosit
lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan, walaupun dalam jumlah yang
lebih kecil. Eosinofil secara fungsional akan memberikan respon terhadap rangsang
kemotaksis khas tertentu yang ditimbulkan pada perkembangan allergis dan mereka
mengandung enzim-enzim yang mampu menetralkan efek-efek mediator peradangan
tertentu yang dilepaskan dalam reaksi peradangan semacam itu.
c) Basofil
Berasal dari sumsum tulang
yang juga disebut mast sel/basofil jaringan. Granula dari jenis sel ini
mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin. Basofil akan memberikan
respon terhadap sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam perjalanan reaksi
immunologis tertentu. Dan basofil biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat
kecil dalam eksudat.
Basofil darah dan mast sel
jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada berbagai keadaan cedera,
termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non spesifik.Dalam kenyataannya mast
sel adalah sumber utama histamin pada reaksi peradangan.
2. Monosit
Adalah bentuk leukosit yang
penting. Pada reaksi peradangan monosit akan bermigrasi, tetapi jumlahnya lebih
sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena itu, pada jam jam pertama
peradangan relative sedikit terdapat monosit dalasn eksudat. Namun makin lama
akan makin bertambah adanya monosit dalam eksudat. Sel yang sama yang dalam
aliran darah disebut monosit, kalau terdapat dalam eksudat disebut makrofag.
Ternyata, jenis sel yang sama ditemukan dalam jumlah kecil melalui jaringan
penyambung tubuh walaupun tanpa peradangan yang jelas. Makrofag yang terdapat
dalam jaringan penyambung ini disebut histiosit. Dengan banyak hal fungsi
makrofag sangat mirip dengan fungsi neutrofil pmn. dimana makrofag akan
bergerak secara aktif yang memberi respon terhadap stimulasi kemotaksis,
fagosit aktif dan mampu mematikan serta mencernakan berbagal agen. Ada
perbedaan penting antara makrofag dan neutrofil, dimana siklus kehidupan
makrofag lebih panjang, dapat bertahan berminggu-minngu atau bahkan
berbulan-bulan dalam jaringan dibanding dengan neutrofil yang berumur pendek.
Selain itu waktu monosit memasuki aliran darah dari sumsum tulang dan waktu
memasuki jaringan dari aliran darah, ia belum matang betul seperti halnya
neutrofil. Karena neutrofil dalam jaringan dan aliran darah sudah mengalami
pematangan (sudah matang), sehingga ia tidak mampu melakukan pembelahan sel dan
juga tidak mampu melakukan sintesis enzim-enzim pencenna. Pada monosit dapat
dirangsang untuk membelah dalam jaringan, dan mereka mampu memberi respon
terhadap keadaan lokal dengan mensintesis sejumlah enzim intrasel. Kemampuan
untuk menjalani "on the.job training", ini adalah suatu sifat
makrofag yang vital, khususnya pada reaksireaksi immunologis tertentu. Selain
itu makrofag-makrofag dapat mengalami perubahan bentuk, selama mengalami
perubahan itu, mereka menghasilkan seI-se1 secara tradisional disebut sel
epiteloid. Makrofag juga mampu bergabung membentuk sel raksasa berinti banyak
disebut giant cell.
Walaupun makrofag merupakan
komponen penting dalam eksudat namun mereka tersebar secara luas dalam tubuh,
dalam keadaan normal dan disebut sebagai system reticuloendotelial atau RES
(Reticulo Endotelial System), yang mempunyai sifat fagositosis, termasuk juga
dalam hati, sel tersebut dikenal sebagai sel kupffer. Fungsi utama makrofag
sebagai pembersih dalam darah ataupun seluruh jaringan tubuh.Fungsi RES yang
sehari-hari penting menyangkut pemrosesan haemoglobin sel darah merah yang
sudah mencapai akhir masa hidupnya. Sel-sel ini mampu memecah Hb menjadi suatu
zat yang mengandung besi dan zat yang tidak mengandung besi. Besinya dipakai
kembali dalam tubuh untuk pembuatan sel-sel darah merah lain dalam sumsum
tulang dan zat yang tidak mengandung besi dikenal sebagai bilirubin, di bawa ke
dalam aliran darah ke hati, dimana hepatosit mengekstrak bilirubin dari aliran
darah dan mengeluarkannya sebagai bagian dari empedu.
3. Limfosit
Umumnya terdapat dalam eksudat
hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu eksudat sudah lama terbentuk yaitu
sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.
I.
Berbagai bentuk/Jenis Radang
Bentuk peradangan dapat timbul
didasarkan atas jenis eksudat yang terbentuk, organ atau jaringan tertentu yang
terlibat, dan lamanya proses peradangan. Tata nama proses peradangan
memperhitungkan masing-masing variable ini. Berbagai eksudat diberi nama
deskriptif. Lamanya respon peradangan disebut akut;disebut kronik jika ada
bukti perbaikan yang sudah lanjut bersama dengan dumadhsi;dan disebut subakut
jika ada bukti awal perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi peradangan
disebut dengan akhiran -it is yang ditambahkan pada nama organ (misalnya;
apendisitis, tonsillitis).
a. Peradangan Perakut
Peradangan yang berlangsung
sangat cepat. Berlangsung: menit – beberapa jam. Disebabkan oleh agen yangg
sangat poten. Kematian dapat terjadi tanpa didahului adanya gejala klinis.
Contohnya adalah Avian Influenza (HPAI)
b. Peradangan Akut
Peradangan yang terjadi dalam
kurun waktu 6 jam sampai beberapa hari. Peradangan dapat sembuh atau dapat pula
menimbulkan kematian. Ciri ‘panca radang’ dapat teramati dengan jelas.
Mikroskopisnya adalah adanya perdarahan lokal, edema, sel neutrofil dominan dan
sedikit limfosit
- Contoh :
ND, Distemper
c. Peradangan Sub Akut
Peradangan yang berlangsung
beberapa minggu. Disebabkan oleh agen yg kurang poten. Biasanya berakhir dengan
kesembuhan. Pada daerah radang : makrofag, sel plasma, limfosit, giant cell.
d. Peradangan Kronis
Peradangan yang berlangsung
berminggu-minggu sampai tahunan. Agen mampu bertahan terhadap sistem pertahanan
tubuh. Sel radang yang dominan : limfosit, makrofag, giant cell.
- contoh :
TBC, kemasukan benda asing
J.
Aspek/Reaksi Sistemik Pada Peradangan
Reaksi sistemik yang menyertai reaksi local pada
peradangan diantaranya adalah :
1.
Demam.
Yang merupakan akibat dari
pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari neutrofil dan makrofag.
Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu tubuh yang ada
dihypothalamus.
2.
Perubahan hematologis.
Rangsangan yang berasal dari
pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi dan pengeluaran leukosit dari
sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan suatu jenis leukosit, kenaikan ini
disebut leukositosis. Perubahan protein darah tertentu juga terjadi bersamaan
dengan perubahan apa yang dinamakan laju endap darah.
3.
Gejala konstitusional.
Pada cedera yang hebat,
terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok. Akhirnya reaksi
peradangan local sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang berupa
malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan
sesuatu yang beratnya berbeda-beda bahkan sampai tidak berdaya melakukan
apapun.
K.
Beda Radang Dengan Infeksi
Peradangan dan infeksi itu
tidak sinonim.Pada infeksi ditandai adanya mikroorganisme dalam jaringan,
sedang pada peradangan belum tentu, karena banyak peradangan yang tejadi steril
sempurna.Jadi infeksi hanyalah merupakan sebagian dari peradangan.
L.
Nasib Radang Dan Pemulihan Jaringan Pada Radang
Dengan adanya reaksi peradangan,
maka hasil perbaikan yang paling menggembirakan yang dapat diperoleh adalah,
jika terjadi hanya sedikit kerusakan atau tidak ada kerusakan jaringan di
bawahnya sama sekali. Pada keadaan semacam itu jika
agen penyerang sudah dinetralkan dan dihilangkan. Pembuluh darah kecil di
daerah itu memperoleh kembali semipermeabilitasnya, aliran cairan berhenti dan
emigrasi leukosit dengan cara yang sama juga berhenti. Cairan yang sebelumnya
sudah dieksudasikan sedikit demi sedikit diserap oleh pembuluh limfe dan sel-sel
eksudat mengalami disintegrasi dan keluar melalui pembuluh limfe atau
benar-benar dihilangkan dari tubuh. Hasil akhir dari proses ini adalah penyembuhan jaringan yang meradang
jaringan tersebut pulih seperti sebelum reaksi. Gejala ini disebut resolusi.
Sebaliknya, bila jumlah
jaringan yang rusak cukup bermakna jaringan yang rusak harus diperbaiki oleh
proliferasi sel-sel hospes berdekatan yang masih hidup. Perbaikan sebenarnya
melibatkan dua komponen yang terpisah tetapi terkoordinir. Pertama disebut
regenerasi Hasil akhirnya adalah penggantian unsureunsur yang telah hilang
dengan jenis sel yang sama. Komponen perbaikan kedua melibatkan proliferasi
unsur-unsur jaringan penyambung yang mengakibatkan pembentukan jaringan parut.
M. Penyembuhan luka
Koordinasi pembentukan parut
dan regenerasi barangkali paling mudah dilukiskan pada kasus penyembuhan luka
kulit. Jenis penyembuhan yang paling sederhana terlihat pada penanganan luka
oleh tubuh seperti pada insisi pembedahan, dimana pinggir luka dapat didekatkan
agar proses penyembuhan dapat terjadi. Penyembuhan
semacam ini disebut penyembuhan primer atau healing by first intention. Setelah teijadi luka maka tepi luka
dihubungkan oleh sedikit bekuan darah yang fibrinnya bekerja seperti lem.
Segera setelah itu terjadilah reaksi peradangan akut pada tepi luka itu dan
sel-sel radang, khususnya makrofag, memasuki bekuan darah dan mulai
menghancurkanya. Dekat reaksi peradangan eksudat ini, terjadi pertumbuhan ke
dalam oleh jaringan granulasi ke dalam daerah yang tadinya ditempati oleh
bekuan darah. Dengan demikian maka dalam jangka waktu beberapa hari luka itu
dijembatani oleh jaringan granulasi yang disiapkan agar matang menjadi jaringan
parut. Sementara proses ini berjalan maka epitel permukaan di bagian tepi mulai
melakukan regenerasi dan dalam waktu beberapa hari bermigrasi lapisan tipis
epitel diatas permukaa luka.Waktu jaringan parut di bawahnya menjadi matang,
epitel ini juga menebal dan matang sehingga menyerupai kulit yang didekatnya.
Hasil akhirnya adalah terbentuknya kembali permukaan kulit dan dasar jaringan
parut yang tidak nyata atau hanya terlihat sebagai satu garis yang menebal.
Pada luka lainnya diperlukan jahitan untuk mendekatkan kedua tepi luka sampai
terjadi penyembuhan.
Bentuk penyembuhan kedua terjadi jika luka kulit
sedemikian rupa sehingga tepi luka tidak dapat saling didekatkan selama proses
penyembuhan. Keadaan ini disebut healing by second intention
atau kadang kala disebut penyembuhan yang disertai granulasi
Bonus Codes and Promotions - Casino Reports
BalasHapusThe 에볼루션 바카라 bonus codes are for games offered by 탱글 다희 성인 방송 the casinos on which they are betting their 룰렛 규칙 money, whether 룰렛 테이블 in slots, table 벳365 games, or poker. Casino Games. A